Kamis, 18 Juni 2009

Aku Seorang Pemimpi

Aku Seorang Pemimpi

Mendengar judul di atas banyak tanggapan maupun pandangan yang berbeda-beda di antara kita. Ini adalah pengalaman dan kisah diriku. memang ada pepatah yang mengatakan tak baik menjalani kehidupan jika hanya selalu mengandalkan kelebihan. Apalagi kelebihan itu didapat dari orang-orang yang pemimpi. Aku bukanlah seseorang yang menyalahkan pribahasa tersebut. tapi ini bergerak dari luapan hatiku yang paling dalam.

Banyak orang yang selalu bermimpi. Maksudnya memimpikan sesuatu yang belum pernah dan ingin ada dalam sirinya. tetapi mimpi itu belum juga terwujud. hal ini dikarenakan dia itu hanya menikmati mimpinya saja. Tidak merealisasikannya dalam keadaan yang nyata.

Demikian saja pemaparan singkat saya. Akan saya sambung lagi di lain waktu. Berhubung karena banyak makhluk pengganggu di sekitar saya.
Baca selengkapnya

Kamis, 11 Juni 2009

RENUNGKANLAH SEGALA  MASALAH

RENUNGKANLAH SEGALA MASALAH

Perjalanan hidup seseorang bukanlah tujuan akhir dari keputusannya melainkan pilihan yang harus dipilih. Dalam perjalan menuju kesuksesan pun banyak aral yang mengganggu. Keadaan seperti ini sangatlah mengganggu jika kita tak bisa bersabar menahan setiap godaan. Inilah penyakit dari sebuah kesuksesan bagi orang-orang yang mudah goyah. Orang seperti hanya dapat berubah dengan cepat dan tepat jika dia selalu merenungkan segala masalah itu dan menyerahkannya pada sang maha pencipta. Curahkanlah isi hati anda hanya kepada-Nya,niscaya aral yang mengganggu itu mudah ditepis. Dalam merenunginya usahakan dikala pagi buta atau seperempat malam(waktu hening tanpa ada suara berisik). Renungan hati Anda niscaya menghilangkan gangguan yang menerpa. Selamat mencoba.
Baca selengkapnya
Salah Orang

Salah Orang

Hai sobat yang mengaku berjiwa suka baca. Sudah seminggulebih mungkin saya tidak mempostingkan tulisan di blog ini. Kalian pasti rada-rada kehilangankan (hayo ngaku aja). Nih cerita akan kubagi-bagikan secara cuma-cuma buat insan pencinta dan penunggu tilisan di blogku (Macam setan aja pake penunggu-penunggu segala).

Langsung saja saya berkeluh-kesah pada kalian semua pada, Tadi pagi sekitar pukul 8 lewat 15 menit ane duduk di kantin. Maklum ruangan kelas dipake buat anak-anak kampus yang pada mau PPL. Mudah-mudahan kalian tahu apa itu PPL. Bukan Pemain-pemain liar tapi itu loh yang mirip-mirip PKL bedanya nih mahasiswa magang ke sekolah-sekolah buat ngajar. Gitu ceritanya. Padahal menurut hasil penelitian ane di dalam kampus mahasiswa yang pada mau PPl itu rada-rada pimtar tapi sayang agak menggonggong eh mengkal. Kan salah lagi maksudnya rada-rada kurang tahu dengan bakatnya. maaf jika ada yang tersinggung. Jangan ditimpuki ane dengan batu ya, tapi kalo dengan senyuman bolehlah.

Kok ceritanya ngambang ya. Begini wahai para sobatku sekalian. Tadi pas ane di kantin ada cewek yang nyamperin ane. Waktu itu ane duduk sendirian sekalian menikmati teh panas dari mbah Yuni, eh Mbak Yuni gadis penjaga kantin di kampus ane. pas lagi asyik minum ane ya keheranan. Siapa nih cewek. Ane diam aja gak ngelihat dia. tahu nggak dia bilang apa. Pasti nggak tahu ya kan. Lagian kalo tahu berarti kalian pada anak dukun. Ha...haaa.

Lima menit berselang cewek itu ngoceh melulu sambil nyubitin perut ane. barulah ane berpaling. Kontan aja cewek itu berubah drastis wajahnya. Yang tadinya jelek jadi hancur total. Langsung kabur dia menahan malu. Untungnya sempat ane dengar dia bilang eh salah orang. Pur...krrr. Hilang begitu saja cewek itu. Padahal ane mau minta ganti rugi dengan cubitan-cubitannya yang sakit itu.
Baca selengkapnya

Senin, 01 Juni 2009

Siapakah Sosok di Balik  Garuda pancasila

Siapakah Sosok di Balik Garuda pancasila

_______________________________________
Oleh : Abdul Rahman M.
_______________________________________

D
ari Sabang sampai Merauke pasti mengenal lambang negara kita burung Garuda Pancasila. Gedung sekolah, Balai Bahasa, Universitas, kantor Kepala Desa, kantor Camat, kantor Bupati, kantor Gubernur, dan ruang resmi lainnya selalu ada lambang burung Garuda Pancasila. Tidak tanggung-tanggung letaknya pun sangat terhormat di apuit oleh gambar Presiden dan wakil Presiden. Banyak hal yang tersembunyi di dalam pembuatan lambang negara. Dalam pelajaran sejarah selalu ada pertanyaan-pertanyaan diantaranya, “Siapa nama presiden Republik Indonesia pertama?”. Para siswa akan menjawab dengan bersemangat “Soekarno”. Lalu jika diberi pertanyaan “ Siapa yang menjahit sang saka merah putih?” siswa pun akan menjawab “ibu Fatmawati”. Tetapi bila diberi pertanyaan “ siapakah tokoh di balik pembuatan burung Garuda Pancasila?”. Dapat dipastikan tak ada satu pun siswa yang sanggup menjawab. Bahkan sangat langka guru di kelas bertanya denga pertanyaan seperti itu. Kemungkinan besar guru sejarahnya pun tidak bisa menjawabnya. Hal ini bukanlah kesalahan guru. Kurikulum sejarah di negara ini yang harus diubah. Nasionalisme telah melahirkan kebisuan dan akan beranjak menjadi kebohongan.
Sultan Hamid II
Sejarah yang digoreskan dan diarsipkan kaum nasionalis negeri ini seperti membuang jauh-jauh nama tokoh ini. Tokoh perancang burung Garuda ini tidak sejalan dengan kemauan sebagian besar bangsa Indonesia. Revolusi dengan produk sebuah negara kesatuan adalah kemauan sebagian besar bangsa Indonesia. Federalis adalah impian sang tokoh perancang burung Garuda ini. Tokoh perancang burung Garuda ini merupakan putra Sultan Pontianak, Kalimantan Barat. Nama lengkapnya adalah syarif Abdul Hamid Alkadrie, 13 Juni 1913. Sebagai anak orang terpandang Hamid Alkadrie bersekolah di sekolah dasar anak-anak Eropa, Europe Loger School (ELS). Sekolah dasar yang dijalani Hamid Alkadrie terdapat dibeberapa kota di Indonesia pada waktu itu seperti Sukabumi, Yogyakarta, Bandung, dan Pontianak. Tamat dari ELS Hamid Alkadrie kemuadian masuk sekolah menengah Hogare Burger School. Setamatnya Hamid Alkadrie menimba ilmu di HBS langsung melanjutkan sekolahnya ke Technische Hoge School Bandung (Sekarang ITB) namun tidak sampai tamat.
Titisan sebagai anak seorang Sultan seakan-akan membuat Hamid Alkadrie termotivasi dengan `Junker` sekolah militer di Belanda yang diperuntukkan bagi anak-anak kerajaan. Hamid Alkadrie lalu masuk Koninklijk Miliatre Academic (Akademi militer Kerajaan Belanda) di Breda, negeri Belanda. Setelah menamatkan sekolah militernya di sana, Hamid Alkadrie memperoleh pangkat Letnan dua pada kesatuan KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger) yang merupakan Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Hamid Alkadrie menjadi anggota kesatuan di KNIL hingga ditawannya ia oleh tentara Jepang pada tanggal 10 Maret 1942. Pada masa-masa pendudukan Jepang di Indonesia merupakan masa-masa yang sangat sulit bagi dirnya. Ayahnya dibantai oleh tentara Jepang.
Setelah Jepang dibom atom oleh pasukan multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat barulah hamid Alkadrie bebas dari tawanan Jepang. Belanda pun kembali menduduki Indonesia, Hamid Alkadrie pada saat itu diberi hadiah berupa kenaikan pangkat menjadi kolonel oleh Belanda. Hamid Alkadrie merupakan orang pribumi (Indonesia) dengan pangkat tertinggi dalam KNIL.
Ketika ayahnya mangkat, 29 oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya, kemudian bergelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC, dan KMB. Pada masa, Hamid Alkadrie ditunjuk sebagai ketua dalam delegasi BFO di KMB. Dalam hal inilah mengapa banyak orang menilainya sebagai penghianat revolusi Indonesia.
Perancangan Garuda sebagai Lambang Negara
Semasa Indonesia masih bernama Republik Indonesia Serikat (RIS), Sultan Hamid II masih menjadi orang penting di pemerintahan. Dia diangkat menjadi Menteri Negara. Selama menjabat itulah sultan Hamid II diberi kepercayaan untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara Indonesia nantinya. Dengan adanya perintah presiden Soekarno, tanggal 10 januari 1950 dibentuklah panitia teknis untuk membuat lambang negara dengan nama kepanitiaan “Panitia Lencana Negara”. Di mana sebagai koordinator adalah Sultan Hamid II. Susunan kepanitiaan ini terdiri dari Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantara, M.A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabeni Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara yang mana nantinya dipilih dan diajukan kepada pemerintahan. Hingga akhirnya terpilihlah dua rancangan lambang negara. Satu karya Sultan hamid Alkadrie dan yang satu lagi karya Muhammad Yamin. Dengan pertimbangan Panitia Lencana Negara terpilihlah rancangan Sultan Hamid II. Karya Muhammad Yamin ditolak karena menyertakan lambang-lambang Jepang, yang menandakan masih ada pengaruh unsur-unsur Jepang.
Sebagai rancangan yang terpilih, dipanggillah Sultan hamid II menghadap presiden dan Soekarno dan perdana menteri Moh. Hatta. Terjadilah dialog intensif antara mereka bertiga. Maka disepakatilah untuk mengganti warna pita yang dicengkeram Garuda. Semula berwarna merah putih diganti menjadi pita berwarna putih dengan penambahan unsur “Bhineka Tunggal Ika”. Presiden Sokearno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara berupa burung Garuda kepada khalayak umum di hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Pebruari 1950. Yang mana lambang negara Garuda ini mendapat penyempurnaan lagi setelah mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak.
Sultan Hamid II diberhentikan dari kabinet pada 5 April 1950 akibat dugaan bersekongkol dengan Westerling dan APRA-nya (Angkatan Perang Ratu Adil) untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia dan menggantinya dengan negara Federal. Dalam kudeta dan konspirasi ini tidak membuahkan hasil karena digagalkan oleh Ankatan Bersenjata Republik indonesia. Setelah kejadian pemberontakan ini Sultan Hamid II bukan saja diberhentikan dari jabatan Menteri Negara tetapi ia menjadi tahanan Republik Indonesia Serikat. Sultan Hamid II menghembuskan nafas terakhirnya 30 Maret 1978 di Jakarta. Ia di makamkan di pemakaman keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Melihat hasil karya Sultan hamid II berupa burung Garuda sebagai lambang negara Republik Indonesia, rasanya tidak pantas dan tidak bijak mencap Sultan Hamid II sebagai penghianat dalam sejarah perjalanan Indonesia. Bagaimanapun juga dia mempunyai sumbangsih yang sangat berharga bagi bangsa ini.
Baca selengkapnya